Kamis, 25 September 2008

CITA - CITA MURID SD


Di kisahkan pada suatu desa yang terpencil yang mana mayoritas penduduknya dibawah garis kemiskinan, terdapat sebuah sekolah dasar. Tentunya sekolah tersebut tidak terlalu mewah dikarenakan seluruh muridnya adalah anak-anak dari penduduk desa sekitar yang hidupnya pas-pasan.

Di pagi yang cerah, mulailah aktivitas sekolah dasar tersebut. Seperti biasanya Bapak Guru mulai tugas awalnya dengan terlebih dahulu melakukan doa sebelum pelajaran dimulai. Setelah beberapa jam berlalu Pak Guru yang kebetulan mengajar pelajaran Bahasa Indonesia ini memberi tugas terhadap siswanya. “ Anak-anak, kalian saya beri tugas untuk menulis cita-cita kamu kelak.”, Tulis dengan bahasa yang baik dan benar, Besok dikumpulkan dan kalian harus maju satu persatu untuk menceritakan apa yang kalian Tulis”. Kata Pak Guru. “ Iya, Pak guru !! jawab para murid tersebut.

Setelah pelajaran selesai, semua murid tersebut pulang kerumah masing-masing. Seperti biasanya sehabis sekolah banyak murid yang membantu pekerjaan orang tuanya, ada yang orang tuanya sebagai nelayan, sebagai petani, peternak ayam, buruh pabrik dll.

Menjelang malam baru anak-anak tersebut mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh bapak gurunya. Dibawah temaram lampu teplok, mereka sibuk menulis cita-citanya. Selesai menulis tersebut mereka nampak puas dan mulai tertidur pulas.

Sang mentari tanpa terasa mulai muncul dibalik punggung bukit, Pagi ini sangat cerah sekali dengan hawa perdesaan yang sangat alami. Mulailah aktivitas desa, ada yang berangkat kesawah, kepantai, dll. Begitu juga para anak-anak desa tersebut, mulai berangkat satu persatu dari rumah mereka menuju kesekolah dasar dengan pakaian sederhana dan sandal japit.

Seperti biasanya, pelajaran dimulai, “ Anak-anak, kalian nanti maju satu-satu dan ceritakan apa yang menjadi cita-cita kamu kelak”, Kata pak Guru. “Apa kalian sudah siap, anak-anak” ! Kata pak guru. “Siap, Pak ! teriak anak-anak dengan antusias. “Sekarang kamu Budi, maju kedepan !, perintah pak Guru. Budi mulai menceritakan cita-citanya, kalau saya besar nanti saya mau jadi petani seperti bapak Saya, ucap budi di depan kelas. “Bagus Budi, wujudkan cita-cita kamu, “ Kata Pak guru. Akhirnya satu persatu para murid menceritakan cita-citanya, ada yang menjadi Nelayan, Petani, Kerja Pabrik, Ibu rumah tangga, tentara dll. Akhirnya giliran si Anang untuk menceritakan apa yang menjadi cita-cita. Anang maju ke depan kelas dan mulai menceritakan cita-citanya,” Kelak kalau saya besar saya ingin mempunyai rumah yang bagus diatas bukit dengan dikelilingi kebun yang luas dimana banyak sekali pertenakan disana sini dan mempunyai mobil yang mewah,” cerita Anang dengan semangat. Tentunya cerita cita-cita Anang ini ditertawakan oleh teman-temannya dan gurunya sendiri. Setelah cerita Anang ditegur oleh gurunya,” Anang !, kamu kan saya suruh menulis cita-cita kamu, bukan impian kamu,” kata Pak Guru. “Maaf pak guru, inilah cita-cita saya”, Ujar si Anang. “Sekarang Tugasmu Pak Guru kembalikan,” Kamu harus tulis ulang cita-citamu dan besok kamu kumpulkan ke saya,” Kata pak Guru. “ Baik pak Guru”, Kata si Anang.

Singkat cerita, keesokkan harinya si Anang dipanggil oleh Pak Guru didepan kelas, “ Anang sini, mana tugas mu kemarin,” kata pak guru. Anang berdiri dan membawa tugas tersebut ke pak Guru. “Coba, kamu ceritakan didepan teman-temanmu apa yang menjadi cita-cita kamu,” kata pak guru. Anang mulai menceritakan cita-citanya,” Kelak kalau saya besar saya ingin mempunyai rumah yang bagus diatas bukit dengan dikelilingi kebun yang luas dimana banyak sekali pertenakan disana sini dan mempunyai mobil yang mewah,” cerita Anang dengan serius. “ Anang, sini !, kamu saya suruh nulis ulang cita-citamu bukan impianmu,” kata Pak Guru. “ Maaf pak, memang inilah cita-cita saya, buka impian saya pak guru,” ujar Anang. “ Saya ingin kamu menulis ulang cita-citamu lagi besok dikumpulkan, Jika kamu menulis lagi yang sama kamu akan mendapat nilai yang jelek dari saya,” Kata pak guru dengan tegas.

Keesokan harinya, Anang disuruh maju kembali dan menceritakan cita-citanya yang baru ditulisnya. Ternyata kembali Anang menceritakan hal yang sama seperti yang dia tulis kemarin. Tentunya cerita Anang tidak memuaskan hati bapak gurunya. Akhirnya si Anang mendapat nilai jelak karena dianggap bodah dan tidak tau keadaannya sekarang ini seperti apa.

Singkat cerita, 32 tahun sudah berlalu pak guru yang mengajar disekolah dasar tersebut mengadakan study tour untuk menambah wawasan para anak didiknya tentang mata pelajaran Biologi, Dibawahlah anak-anak tersebut kesebuah peristirahatan (villa) yang letakknya di atas bukit dan terkenal didesa tersebut dengan perternakan yang banyak dan dikelilingi perkebunan yang subur. Sesampainya ditempat tersebut, Pak guru dan anak-anak nampak kagum dengan keadaan disekitar mereka. Pak guru berkata terhadap anak-anak, “ Wah luar biasa tempat ini, tentunya pemiliknya adalah orang hebat dan luarbiasa” sampai bisa memiliki tempat sebagus dan semewah ini.” “ Pemilik tempat ini adalah murid bapak yang dulu bapak anggap bodoh dan bisanya bermimpi,” kata seseorang yang keluar dari pintu sebuah rumah mewah menyambut kedatangan rombongan pak guru. Kata-kata orang tersebut mengingatkan pak guru dengan seorang muridnya 32 tahun yang lalu yang mempunyai cita-cita yang dianggap aneh dan tidak mungkin terwujud.

Dari kisah tersebut diatas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa kita hidup tidak lepas dari sebuah impian, bukankah sebuah kesuksesan berawal dari sebuah impian. Apa yang kita lihat sekarang dan rasakan sekarang adalah dulu merupakan sebuah impian. Kita bisa menikmati nyala lampu, komputer, mobil, pesawat, pergi kebulan dll itu merupakan sebuah impian para penemunya. Dimana dulu mereka yang mencoba mewujudkan impian tersebut dianggap gila oleh sebagian orang. Sebuah impian tidak akan dapat terwujud jika kita tidak gigih dalam mewujudkan impian kita tersebut.

Tidak ada komentar: